Rabu, 08 Oktober 2008

Metode-metode Memanen Air Hujan


Kolam Pengumpul Air Hujan (PAH)

Merupakan kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh diatap rumah. Metode ini sangat menguntungkan karena minimal selama musim hujan kebutuhan dasar air bersih dapat ditopang dengan bak penampung.
Dibeberapa negara, misalnya Jepang, telah dikembangkan metode-metode memanen air hujan dengan membuat kolam tando dibawah jalan raya ’highway’. Air hujan yang ditampung dapat dipakai untuk memeliharaan jalan dan untuk menyiram tanaman peneduh di sepanjang jalan. Dapat juga digunakan sebagai air bersih dengan penjernihan yang memadai. Metode ini di Indonesia belum lazim dilakukan. Ke depan perlu kiranya dipikirkan, disurvey, dan diimplementasiakan mengingat potensinya cukup besar.

Sumur Resapan

Pembangunan sumur resapan bertujuan untuk meningkatkan resapan air hujan ke dalam tanah pada areal terbuka, lapangan, tempat parkir, pekarangan, dll. Dalam melakukan desain sumur resapan, dibuat agar sedimen dari areal sekitarnya tidak terbawa masuk ke dalam sumur resapan, karena dapat menurunkan efektivitas resapan dan meningkatkan biaya pemeliharaan sumur resapan tersebut. Oleh karena itu perlu dibuat kontruksi bak kontrol sedimen untuk mengendapkan sedimen sebelum air hujan masuk ke dalam sumur resapan.
Sumur resapan juga dapat didesain sebagai sarana drainase jalan raya. Air hujan yang jatuh di jalan raya dapat dialirkan ke dalam sumur resapan yang dibuat pada jarak tertentu sepanjang jalan tepi jalan raya.

Parit Resapan

Parit resapan dibuat pada areal pertanian atau pekarangan. Air yang ditampung dapat dimanfaatkan pada akhir musim hujan.
1. Parit resapan pada lahan pertanian
Dibuat sesuai dengan kontur lahan, terutama untuk daerah-daerah yang relatif datar. Parit resapan ini dapat sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan sebagai tambahan penghasilan bagi petani dan sebagai pengendali populasi nyamuk.
2. Parit resapan pada pekarangan
Parit resapan yang dibuat di pekarangan rumah dikenal dengan sebutan kolam. Pada umumnya dibuat di samping atau di belakang rumah disesuaikan dengan kondisi.Disekeliling parit resapan perlu ditanami dengan tanaman-tanaman produktif, misalnya mangga, pepaya, dll dan perlu dibuat pagar pembatas demi menjaga keamanan anak-anak. Parit resapan dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan dan mencegah perkembangbiakan nyamuk.

Areal Resapan Air Hujan

Metode pembuatan areal peresapan air hujan merupakan koreksi atas perkembangan akhir-akhir ini dimana permukaan tanah pekarangan baik perkotaan, pinggiran, maupun pedesaan dilapisi dengan dengan concrete paving blocks (konblok) yang dipasang rapatatau dengan plesteran dari semen dan pasir. Hal ini berdampak pada penurunan koefisian resapan air hujan ke dalam tanah. Oleh karena itu dilakukan koreksi dengan cara menutup permukaan tanah dengan rumput dara ini disebut porous paving block atau grass block. Dapat dipakai pada areal parkir, areal pejalan kaki, dsb.

Tanggul Pekareangan

Masyarakat pedesaan di Indonesia saat ini mesih mempunyai metode menanggulangi erosi pekarangan dengan membuat tanggul pekarangan dari susunan batu kosong, batu bata, genteng bekas, dan tanaman mengelilngi pekarangan. Kontruksi ini ternyata juga berfungsi sebagai pola memanen hujan karena limpahan air hujan akan tertahan dan meresap di areal pekarangan dan tidak langsung mengalir kesungai, sehingga dapat menjamin sumur disekitarnya tidak kering.
Pagar Pekarangan

Pagar pekarangan berfungsi sebagai pembatas rumah danestetika, juga sekaligus dapat menahan dan meresapkan air hujan. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sub-urban dan pedesaan keterkaitan antara pagar pekarangan dan upaya memanen hujan.

Lubang Galian Tanah

Jogangan adalah lubang pada tanah pekarangan dengan ukuran berkisar 1 m x 1 m x 1m atau 1 m x 2 m x 1,5 m. Selain untuk peresapan air hujan jogangan juga berfungsi untuk menanam pohon penghujauan atau pembuangan sampah organik yang sekaligus dapat berfungsi untuk meningkatkan kesuburan tanah pekarangan.

Modifikasi Lansekap

Salah satu cara mengganti jaringan drainase suatu kawasan dengan cekungan-cekungan diberbagai tempat, sehingga air hujan dapat tertampung dilokasi cekungan tersebut. Masyarakat indonesia memodifikasi lansekap dengan membuat parit-parit kecil dan cekungan-cekungan dangkal di pekarangan mereka untuk keperluan perikanan atau pengawetan bambu/kayu, sekaligus sebagai ornamen kebun pekarangan.

Penetapan Daerah Konservasi Air Tanah

Dimana harus ada tempat atau daerah terpilih yang khusus diperuntukan sebagai daerah memanen hujan. Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan.

Kolam Konservasi Air Hujan (Kolam Tampungan)

Cara ini banyak dipraktekan di negara-negara maju sehingga dalam jangka waktu tertentu mereka mempunyai banyak sekali danau buatan dari tambang galian dan dapat pula dibangun di areal permukiman. Limpahan air hujan suatu kawasan permukiman ditampung dikolam untuk diolah kembali menjadi air minum, bahkan untuk kebutuhan irigasi. Pada komplek perumahan atau perusahaan kolam konservasi air tanah ini digunakan untuk kehidupan sehari-hari mereka jika diwilayah mereka mengalami kekeringan.

Revitalisasi Danau, Telaga, dan Situ

Memanen air hujan dilakukan dnegan konsep ekologi-hidraulik atau ekologi-hidrologi. Konsep ini diartikan sebagai upaya memperbaiki dan menyehatkan seluruh komponen ekologi (flora dan fauna) dan hidraulik-hidrologi (sistem perairan) penyusun danau, situ, dan telaga tersebut, yang dapat berfungsi menampung air untuk kepeluan sehari-hari,meresapkan air hujan untuk pengisian air tanah, dan dapat berkembang mnjadi wilayah ekosistem danau, situ, dan telaga yang hidup dan lestari.

Hutan dan Tanaman Sebagai Pemanen Air Hujan

Dengan cara mempertahankan kelestarian hutan tersebut. Penelitian terakhir di hutan amazon, amerika latin meyebutkan bahwa sebenarnya hutan dapat mendaur ulang hingga (50-75)5 dan (25-25)5 sisanya mengalir ke hilir dan meresap kedalam tanah. Mekanisme daur ulang hujan tesebut dimulai dengan evapotranspirasi, pembentukan awan di wilayah hutan dan awan tesebut jatuh kembali berupa hujan, demikian seterusnya.
Daur ulang ini adalah mekanisme fungsi hutan dalam memanen air hujan. Dengan (50-75)% air hujan tersirkulasi diwilayah hutan, maka frekuensi hujan diwilayah tersebut relatif tinggi dan teratur serta musim hujannya relatif panjang. Hujan dengan frekuensi tinggi, tidak akan menyebabkan banjir karena (50-75)% menguap dan hanya (25-50)% yang mengalir kehilir. Kekeringan juga tidak akan terjadi, karena pasokan air (25-59)% ke hilir tersebut didapatkan secara berlanjut dengan bulan hujan lebih lama.
Melihat fungsi hutan sebagai komponen daur ulang air hujan tersebut, maka kedepan hutan harus dipandang sebagai modal tetap atau aktiva tetap, bukan sebagai modal bergerak. Perlu disadari bahwa harga kayu yang dihasilkan dari merambah hutan tidak lebih dari 5% jika dibandingkan dengan harga fungsi hutan secara integral yaitu sebagai penyimpan air, stabilisator temperatur, pengendali banjir, pengendali kekeringan, pengendali longsor, konservasi ekosistem mikro dan makro, pemasok oksigen dan lain-lain.
Demikian juga memanen air hujan dengan penghijauan ( dengan tanaman) baik diwilayah perkotaan, sub-urban maupun di pedesaan pelu ditinggkatkan. Dengan memperbanyak tanaman, maka volume sebagian air hujan dapat ditampung oleh daun-daun tumbuhan tersebut. Perakaran tumbuhan dapat meningkatkan intensitas peresapan air ke dalam tanah dan mempertahankan air pada zone perakaran untuk musim kering berikutnya.